YouTube merupakan salah satu platform online paling populer saat ini. Dari data yang dihimpun dari YouTube for Press, media sosial berbasis video tersebut mendapatkan lebih dari satu miliar pengguna per bulan di seluruh dunia.
Angka tersebut hampir sepertiga dari jumlah pengguna internet secara keseluruhan.Begitu pesat perkembangannya, YouTube tak lagi sekadar platform berbagi video bagi penggunanya. Kini, YouTube seakan menjadi ladang bisnis baru bagi orang-orang kreatif atau biasa disebut Youtuber.
Namun, apakah berkecimpung di dunia YouTube sebagai
youtuber cukup menjanjikan dan layak dijadikan profesi?
YouTube didirikan oleh had Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim yang merupakan mantan pekerja Paypal pada tahun 2005.
Video pertama yang diunggah di YouTube berjudul “Me at The Zoo” yang menampilkan Jawed Karim, salah satu pendiri YouTube sedang berada di kebun binatang San Diego. Hingga kini, video berdurasi 19 detik itu telah ditonton sebanyak 70 juta kali.
Pada Oktober 2006, YouTube yang baru seumur jagung akhirnya dibeli Google seharga 1,65 miliar dolar AS. Dari situlah, YouTube semakin meraja lela sebagai platform berbasis video terbesar hingga sekarang.
Istilah YouTube lebih TV yang muncul dalam sebuah lagu rap berjudul “Ganteng-ganteng Swag” tak terlepas dari bagaimana tingginya minat pengguna internet di Indonesia untuk mengakses YouTube.
Dihimpun dari Techinasia, kuantitas penonton YouTube hampir setara dengan penonton televisi. Dari 1500 responden, 53% menjadikan YouTube sebagai sarana media yang paling sering diakses, dan 57% menyatakan menonton televisi setiap hari.
YouTube seakan menjadi lahan baru bagi orang-orang kreatif dalam menuangkan karyanya. Terbukti, muncul banyak konten kreator atau youtuber asal Indonesia yang mendapatkan popularitas dan pundi-pundi uang dari YouTube.
Aldi Kurnia, seorang youtuber gaming yang memiliki 30 ribu lebih subscriber mengungkapkan sudut pandangnya tentang konten kreator YouTube yang dijadikan profesi. “Bisa, tapi harus cari sidejob yang lain, jangan terlalu terpaku sama youtube. Kita gatau masa depan youtube nanti gimana, jadi antisipasinya harus cari sidejob lain entah bisnis atau sebagainya tergantung passionnya“
Ia mengakui jika perkembangan YouTube di Indonesia sangat luar biasa. “Perkembanganya luar biasa sih, buktinya sekarang banyak youtuber yang sukses bisa beli rumah, mobil dan lain lain gitu”
Jika kamu memang punya passion untuk berkarya atau membuat konten di YouTube, dan cukup konsisten, bukan tak mungkin seiring berjalannya waktu akan berbuah hasil berupa adsense dari YouTube.
Namun, jika kamu membuat konten semata ingin mengejar uang saja, rasanya bikin karya di YouTube hanya akan menjadi sebuah beban.
Menjadi seorang YouTuber bisa menjadi untung atau buntung, tergantung pada banyak faktor, seperti kreativitas, konsistensi, dan keberuntungan. Bagi sebagian orang, profesi ini menawarkan kebebasan finansial dan pengakuan, sementara bagi yang lain, ini adalah kerja keras dengan hasil yang tidak pasti.
Untung: Keuntungan menjadi YouTuber
- Potensi penghasilan besar: YouTuber dengan jumlah pelanggan dan penonton yang masif bisa mendapatkan penghasilan fantastis, baik dari iklan, sponsor, maupun penjualan produk. Contohnya, YouTuber dengan 1 juta pelanggan bisa menghasilkan jutaan hingga miliaran rupiah per bulan.
- Kebebasan kreativitas: Anda bisa membuat konten sesuai minat dan hobi Anda sendiri, tanpa terikat aturan kantor.
- Waktu kerja fleksibel: Sebagai bos untuk diri sendiri, Anda bisa menentukan jadwal kerja dan waktu luang sesuai keinginan.
- Membangun personal branding: Anda memiliki kesempatan untuk menjadi ahli di bidang tertentu, membangun citra, dan dikenal oleh audiens yang luas.
- Peluang diversifikasi pendapatan: Selain dari iklan, penghasilan bisa datang dari affiliate marketing, kolaborasi, merchandise, dan donasi penonton.
Buntung: Sisi gelap menjadi YouTuber
- Pemasukan tidak menentu: Terutama di awal karir, penghasilan dari iklan sangat kecil dan tidak bisa diandalkan. Perubahan kebijakan atau algoritma YouTube juga bisa berdampak besar pada pendapatan.
- Kompetisi ketat: Jutaan orang menjadi YouTuber, membuat persaingan untuk mendapatkan perhatian penonton semakin sengit.
- Kerja keras dan waktu: Proses pembuatan video, mulai dari riset, syuting, hingga editing, membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
- Risiko kesehatan mental: Tuntutan untuk terus menghasilkan konten berkualitas, menghadapi komentar negatif (pembenci), dan cyberbullying dapat memicu stres dan kelelahan.
- Kurangnya privasi: Popularitas yang meningkat bisa mengundang risiko keamanan dan pelanggaran privasi, terutama jika Anda membagikan terlalu banyak hal pribadi.
- Risiko hak cipta dan kebijakan: Pelanggaran hak cipta atau kebijakan komunitas yang tidak disadari bisa menyebabkan video dihapus atau bahkan kanal ditangguhkan.
Jadi, untung atau buntung?
Kesuksesan sebagai YouTuber tidak datang dengan mudah. Anda harus bekerja keras, konsisten, dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang audiens dan platform. Bagi mereka yang berhasil, ini adalah profesi yang sangat menguntungkan dan memuaskan. Namun, banyak juga yang gagal dan menyerah di tengah jalan karena tantangan yang tidak mudah.
Pada dasarnya, menjadi YouTuber adalah seperti memulai bisnis. Butuh modal waktu, alat, ide, juga perlu kerja keras, kesabaran, dan keberanian menghadapi risiko untuk mencapai kesuksesan. **
**Sebagian tulisan diupdate pada 6 November 2025.

0 Komentar:
Posting Komentar