Perjalanan Virus Corona di Tubuh Manusia

12/04/2020

 


Seorang dokter umum dan mantan ketua Royal College GPs di Inggris, Clare Gerada baru-baru ini dikabarkan terinfeksi coronavirus.

Clare Gerada mengatakan bahwa pengalaman ini adalah yang terburuk yang pernah ia rasakan.

Melansir Al Jazeera, dr Clare Gerada dinyatakan positif Covid-19 dan menulis tentang pengalamannya dengan penyakit tersebut di internet. Kini, ia dikabarkan telah pulih sepenuhnya.

Namun, bagaimana sebenarnya virus corona menyerang tubuh dan mengapa virus ini membuat kondisi pasien merasa sangat buruk?

Cara hidup virus 

Covid-19 sama seperti virus-virus lain yang membutuhkan inang, dalam kasus ini, yaitu tubuh manusia, untuk membantunya menyebar.

Pada dasarnya, virus adalah sebuah sepotong materi genetik yang tidak dapat melakukan banyak 'hal' dengan sendirinya. Ia harus menyerang tubuh makhluk hidup agar dapat berkembang biak. Sebab, tanpa tubuh makhluk hidup, virus akan mati.

Virus tidak sama dengan bakteri. Ia tidak butuh makan, minum, mengeluarkan kotoran atau beristirahat. Pekerjaan satu-satunya adalah melakukan reproduksi dengan menggandakan diri.

Akan tetapi, kegiatan ini dapat dilakukan saat virus menemukan inang yang tepat.

Covid-19 bukan satu-satunya penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Ada jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang berbeda, di antaranya adalah SARS dan MERS.

Jalur penularan utama dari virus corona Covid-19 adalah melalui tetesan. Pasien terinfeksi yang batuk atau bersin mengeluarkan tetesan keluar yang mengandung virus.

Virus tersebut akan masuk ke tubuh orang lain saat bernafas atau saat menyentuh permukaan di mana tetesan tersebut menempel. Kemudian, saat mereka memegang wajah dengan tangan dan bernafas, mereka pun akan terpapar virus ini.

Perjalanan virus corona 

Saat virus corona telah masuk ke dalam tubuh, dengan cepat ia akan menuju belakang tenggorokan dan hidung orang tersebut.

Lapisan hidung dan tenggorokan disebut sebagai mukosa.

Di sinilah virus berbentuk paku ini akan menempel sebelum mulai bekerja. Ketika mencapai bagian belakang hidung, virus ini akan mengambil alih sel-sel di lorong hidung.

Ia akan masuk ke dalam dan memprogram ulang untuk berhenti melakukan pekerjaan apapun dan hanya fokus membuat lebih banyak virus.

Setelah sel tersebut menghasilkan lebih banyak virus daripada kapasitasnya, virus pun akan meledak dan menempelkan diri ke sel-sel yang berdekatan.

Kemudian menggunakannya sebagai tempat untuk reproduksi dan siklus kembali berulang.

Penghancuran sel-sel di hidung dan tenggorokan akan menyebabkan batuk kering dan sakit ternggorokan. Rasa sakit yang dirasakan adalah tanda bahwa sel berada dalam kesulitan dan sedang dihancurkan.

Tahap selanjutnya adalah demam. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh atau imun telah menyadari adanya benda asing di dalam tubuh.

Bahan kimia yang disebut sebagai pirogen pun dilepaskan oleh sistem imun. Zat ini menginstruksikan otak untuk menaikkan suhu tubuh, menyebabkan seseorang mengalami demam tinggi, yaitu sekitar 37,8 derajat celsius atau lebih.

Demam membantu tubuh memicu bagian lain dari sistem kekebalan tubuh untuk mulai bekerja dan juga menciptakan lingkungan yang tidak menguntungkan atau berlawanan dengan virus.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa demam membantu melawan infeksi, tetapi karena demam merupakan penanda tidak sehat, orang mencoba untuk menurunkannya.

Namun, gejala demam, batuk, maupun sakit tenggorokan adalah waktu di mana gejala berakhir di sebagian besar orang. Dalam waktu 5-7 hari, kekebalan tubuh akan memberikan respons yang cukup untuk menghancurkan virus dan orang tersebut pun akan pulih.

Jika terjadi komplikasi Namun, ada sebagian orang yang sistem imunnya tidak dapat merespons dengan cepat sehingga virus akan terus menyebar. Saat virus menggandakan diri dan menginfeksi lebih banyak sel di dalam tubuh, ia turun menuju paru-paru.

Di sini, virus menyerang sel-sel di paru-paru. Kondisi ini membuat paru-paru kesulitan melakukan tugasnya mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.

Oleh karena itu, paru-paru akan bekerja lebih keras dan orang tersebut akan mengalami sesak napas. Inilah yang menyebabkan virus corona dikaitkan dengan kesulitan bernapas. Saat virus menyerang semakin banyak bagian paru-paru, akan terjadi peradangan dan mereka mulai dapat mengisinya dengan cairan dan nanah sehingga terjadi pneumonia.

Jika paru-paru terus membengkak dan terisi dengan banyak cairan, pasien mungkin membutuhkan ventilator. Saat itu, ada risiko kematian jika paru-paru tidak mau bekerja.

Beberapa orang juga melaporkan diare sebagai salah satu gejalanya. Penyebabnya adalah karena virus mungkin dapat keluar dari saluran hidung anda dan menuju usus. Kondisi ini menyebabkan masalah juga sehingga orang dengan gejala ringan dapat pula mengalami diare.

Melihat kemungkinan tersebut, risiko penularan virus melalui feses dapat dikatakan kecil. Saat ini, para profesional medis masih terus meneliti media penularan ini.  Hingga sekarang, situasi masih terus berkembang dan kajian tentang virus ini masih terus diperbarui. (*)

*Sumber: kompas.com

0 Komentar:

 
IHSYAH blogwork | lihat juga BLOGSPOTISME