Mengenal Makna Status Pandemi Virus Corona
Tim, CNN Indonesia | Kamis, 12/03/2020 12:29 WIB
Bagikan :
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan infeksi virus corona sebagai pandemi.
Apa yang dimaksud dengan pandemi? Ilustrasi. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menyatakan infeksi virus corona sebagai pandemi. ANTARA
FOTO/Aprillio Akbar
Jakarta, CNN Indonesia -- Infeksi virus corona
atau Covid-19 demikian, status pandemi tidak mengubah tekanan global
dalam penanganannya.
"Covid-19 dapat dicirikan sebagai pandemi.
Hal itu [status pandemi] tidak mengubah apa pun yang harus dilakukan
oleh setiap negara," ujar Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengutip CNN.
Ghebreyesus
khawatir akan tingkat keparahan wabah Covid-19 dan minimnya tindakan
yang diambil untuk memerangi virus. Dia memprediksi, jumlah kasus dan
kematian masih akan meningkat dalam beberapa hari dan pekan ke depan.
Lihat juga:Berstatus Pandemi, Kenali 7 Fakta Penularan Corona
Pada
pekan lalu, misalnya, jumlah kasus baru di luar China sembilan kali
lebih tinggi dari jumlah kasus baru di China dalam periode yang sama.
Artinya, virus telah menemukan pijakan-pijakan anyarnya di setiap benua,
kecuali Antartika.
Di beberapa negara, jumlah kasus bahkan terus meningkat.
Hingga
saat ini belum ada kriteria spesifik yang menentukan status pandemi.
Pandemi juga tidak ditentukan oleh jumlah kasus atau kematian yang
diakibatkan.
Namun, setidaknya ada tiga kriteria umum sebuah
penyakit dikatakan sebagai pandemi. Pertama, virus dapat menyebabkan
penyakit atau kematian. Kedua, penularan virus dari orang ke orang terus
berlanjut tak terkontrol. Ketiga, virus telah menyebar ke hampir
seluruh dunia. Tercatat ada beberapa penyakit pandemi yang paling
mematikan sepanjang sejarah seperti cacar, campak, tipus, flu spanyol,
black death, HIV/AIDS.
Status pasien dalam penanganan infeksi virus corona. (CNNIndonesia/Basith Subastian)
Center
for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat mencatat,
pandemi merupakan epidemi yang menyebar ke beberapa negara atau benua
dan memengaruhi masyarakat dalam jumlah besar.
Istilah pandemi
sendiri dikenal dalam dunia epidemiologi atau ilmu yang mempelajari pola
penyebaran penyakit. Dalam kamus epidemiologi, wabah menjadi bagian
paling kecil dalam penularan penyakit.
Meningkat dari wabah,
epidemi menandakan jangkauan penyebaran penyakit yang lebih luas
disertai penularan yang terjadi dengan cepat. Epidemi bisa berubah
menjadi endemi yang umumnya menyerang satu negara, wilayah, atau benua.
"Epidemi
itu terjadi di satu lingkungan terbatas atau negara saja. Pandemi
[terjadi di] seluruh dunia atau beberapa benua," ujar Kepala Lembaga
Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Amin Soebandrio pada
CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Lihat juga:WHO Umumkan Virus Corona Sebagai Pandemi
Sebagai
contoh, severe acute respiratory syndrome (SARS) yang ditemukan pada
2003 tidak dinyatakan WHO sebagai pandemi meski memengaruhi banyak
negara. Kala itu, penyebarannya terkendali dengan cepat. Hanya
segelintir negara yang terpengaruh secara signifikan termasuk China,
Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Kanada.
Namun, perlu dicatat,
status pandemi bukan sekadar pernyataan semantik, tapi juga bicara
mengenai tindakan spesifik yang perlu diambil. Ahli epidemiologi Harvard
Institute, Marc Lipstich mengatakan, status pandemi berarti tak hanya
fokus pada penahanan, tapi harus semakin fokus pada mitigasi penyebaran
virus corona. "Harus ada pergeseran strategi yang dilakukan otoritas
kesehatan," kata dia, mengutip CNN.
Dengan diberikannya status
pandemi, WHO mengimbau setiap negara terdampak untuk semakin fokus untuk
mendeteksi, menguji, merawat, mengisolasi, melacak, dan memobilisasi
masyarakat.
Pandemi sendiri umumnya akan memicu kepanikan global.
Pandemi flu babi pada 2009 lalu misalnya, menimbulkan banyak kepanikan
yang tidak perlu. Pemerintah bahkan mengeluarkan terlalu banyak biaya
untuk obat antivirus.
Cara mencegah risiko terinfeksi virus corona. (CNN Indonesia/Fajrian)
Nathalie
MacDermott dari National Institute for Health Research mengatakan,
perubahan istilah tersebut tak mengubah apa pun pada praktiknya.
Pasalnya, dunia telah disarankan selama beberapa pekan terakhir untuk
mempersiapkan diri menghadapi wabah virus corona.
"Namun,
penggunaan istilah ini menyoroti pentingnya negara-negara di seluruh
dunia bekerja secara kooperatif dan terbuka satu sama lain untuk
mengendalikan situasi ini," kata MacDermott, mengutip The Guardian.
Selain
itu, otoritas kesehatan setiap negara juga diminta untuk bersiap-siap
menerapkan kebijakan anyar yang tak hanya fokus pada larangan
perjalanan.
Profesor Nigel McMillan dari Menzies Institute
mengatakan, otoritas kesehatan harus mulai mempersiapkan ketersediaan
rumah sakit, antivirus, dan hal-hal pendukung lainnya.
"Pemerintah
juga perlu memikirkan hal-hal lainnya seperti tinggal di rumah jika
sakit, mempertimbangkan social distancing, dan menghindari kerumunan,"
kata McMillan.
Lihat juga:Tak Menyentuh Wajah Jadi Tantangan Sulit di Tengah Corona
Hingga
saat ini, lebih dari 118 ribu kasus infeksi virus corona telah
terkonfirmasi. Sebanyak 4 ribu nyawa melayang akibat virus yang berawal
dari Wuhan, China tersebut.
Sebuah studi kasus terbesar di China
menemukan, sekitar 80 persen dari pasien positif Covid-19 mengalami
gejala batuk yang buruk atau ringan. Sebanyak 14 persen mengalami
kondisi yang lebih parah. Sementara 5 persen mengalami kondisi kritis
akibat Covid-19.
Orang-orang lanjut usia dan mereka yang memiliki
penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, paru-paru, dan hipertensi
menjadi kelompok rentan terhadap ancaman parah dan kritis infeksi virus
corona.
(asr/asr)
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200312113105-255-482774/mengenal-makna-status-pandemi-virus-corona
0 Komentar:
Posting Komentar