Friendster Adalah Sosmed Terbaik Sepanjang Sejarah
Capek berurusan sama hoax, berita palsu, atau debat lawan orang asing di
Facebook? Masih ingat era medsos benar-benar dipakai mencari teman
baru, ga kayak Twitter sekarang?
Oleh Yudhistira Agato
15 Mei 2017, 6:47pmShareTweetSnap
ILUSTRASI OLEH ILHAM KURNIAWAN.
Setelah membuka mata, membuka sosmed, berdoalah agar kalian tidak
terjebak rutinitas menjemukan masa kini: menyaksikan kawan berbagi
tautan berita hoax, atau yang lebih apes lagi adalah memperoleh
tantangan debat dari orang yang tak dikenal gara-gara status kalian
dianggap menyinggung ideologi politik atau agama tertentu. Media Sosial?
Bukannya lebih tepat dibilang media perang sosial ya?
Itulah kira-kira gambaran kegiatan manusia di Facebook, Twitter, (dan
Instagram) dua tahun belakangan. Drama, nyebar kabar bohong, tubir saban
hari. Bikin capek. Karenanya setelah melakukan penelitian
kecil-kecilan, saya bisa menobatkan Friendster (jejaring sosial yang
sudah almarhum itu) lebih keren daripada Facebook, Twitter, atau
Instagram, tiga raksasa medsos masa kini.
Bagi kalian yang cukup tua untuk mengingat seperti apa rasanya berusaha
cari teman (atau gebetan) lewat chat room seperti MIRC (a/s/l pls?), ada
satu medsos yang kemudian jadi andalan buat berinteraksi di rimba raya
world wide web sepanjang kurun 2004-2009. Kalaupun ada debat, paling
banter kelasnya cuman lebih keren mana, My Chemical Romance atau AFI?
Facebook, Snapchat, Instagram, semuanya berusaha menawarkan pengalaman
yang lebih sempurna saat kita mengakses media sosial. Padahal
kesempurnaan itu pernah kita rasakan. Nyaris 10 tahun lalu, ketika
teknologi informasi masih menyedihkan dan koneksi internet rata-rata di
Indonesia lemotnya engga ketulungan. Sori bos, saya bukan sedang
membahas MySpace yang baru populer era pertengahan 2000-an. Kesempurnaan
yang saya maksud ada pada Friendster.
Friendster bisa dibilang situs media sosial berbasis pertemanan pertama
yang popularitasnya mencapai skala nasional di Indonesia. PR Newswire
mengabarkan dalam survei 2008 bahwa Friendster merupakan situs sosial
online terpopuler di tanah air dengan unique visitors mencapai 4 juta
per bulan.
Indonesia memang pasar sosmed yang unik. Kita suka mempertahankan
teknologi yang di negara lain sudah lama almarhum. Banyak teman kita
masih betah pakai Path lho (padahal tanya aja remaja negara lain, kagak
ada lagi yang kenal Path apaan). Seperti itulah keadaannya pada 2010,
Friendster masih punya pengikut cukup besar. Padahal di nyaris semua
negara anak muda saat itu mulai ikut tren bikin Facebook. Di Tanah Air,
kombinasi gaul masa itu masih punya akun Friendster dan kirim pesan
lewat BlackBerry Messenger.
Namun sama seperti banyak hal lainnya dalam kehidupan, lama kelamaan
situs ini tergilas oleh kompetisi dan perkembangan teknologi. Sejak
2011, pengguna Friendster turun drastis. Dua tahun terakhir situs yang
berubah jadi marketplace online itu tidak lagi aktif. Facebook mengambil
alih tahta sebagai media sosial nomor satu di Indonesia.
Kalau ngomongin fitur, jelas ada banyak hal yang bisa anda lakukan
dengan Facebook dibanding Friendster (almarhum). Friendster tidak
memiliki layanan direct message, tidak ada search bar untuk ngepoin
profile mantan pacar yang sudah unfriend anda bertahun-tahun lalu. Di
friendster anda juga hanya bisa ngepost tulisan bergaya blog, tidak ada
fitur share artikel via wall. Cuma jangan salah, dalam beberapa aspek,
Friendster jauh lebih baik dibanding Facebook, karena seperti sudah
tertulis di judul, inilah medsos terbaik sepanjang sejarah. Berikut
alasannya:
Bebas Mengekspresikan Diri
Di Facebook, anda memang bebas mengunggah foto dan artikel seenak udel
(asal tidak melanggar ketentuan), tapi ada satu aspek yang mustahil
digonta-ganti: layout dan latar belakang profile. Seberapapun banyaknya
follower anda, layout profile akan terlihat sama persis seperti akun
tetangga sebelah yang hanya punya 35 teman dan terakhir nge-post status
Juli 2014 pas ribut pilpres.
Bandingkan dengan Friendster yang memberikan anda keleluasaan mendandani
halaman profile sesuai kepribadian atau dorongan jiwa masing-masing.
Ingin dunia tahu anda anak emo sejati bernuansa kelam? Bisa. Ingin
menunjukkan bahwa anda romantis layaknya bunga mawar? utak-atik dikit
kayak gini juga kelar. Kalian otaku pencinta berat anime? Nih. Kotak
foto profile tidak cukup besar untuk wajah anda? Kasih yang gede
sekalian.
Murni Demi Pertemanan
Dengan segala fitur canggih yang tersedia di Facebook, kita kadang lupa
alasan awal kita menggunakan teknologi jejaring sosial: mencari teman
baru sekaligus menjalin silaturahmi sama kawan lama. Sekarang sangat
sulit menebak motivasi seseorang menggunakan Facebook. Berapa banyak
teman SMP/SMA anda yang kerjanya saban hari nge-post promosi produk
Oriflame atau memamerkan pencapaian mereka di multi-level-marketing?
Engga keitung lagi.
Sistem interaksi sosial di Friendster sangat sederhana. Kalian cuma bisa
saling meninggalkan testimoni di halaman profil akun teman. Dampaknya,
sistem ini memaksa kalian mencari kenalan baru dari lingkaran sosial
seseorang yang sudah anda kenal. Selain aman, tidak adanya fitur chat
juga memaksa anda untuk melanjutkan komunikasi lebih jauh via ponsel,
menjadikan Friendster sekedar sarana perantara awal. Coba hitung berapa
banyak teman Facebook yang belum pernah kalian ajak ngobrol langsung?
Yup. Ada kali 80 persennya.
Bebas dari Hiruk Pikuk Politik dan Hoax
Kalau anda sudah lelah akhir-akhir ini melihat kata-kata seperti: agama,
penistaan, kafir, dan bumi datar diumbar bebas dalam linimasa setiap
kali membuka Facebook, maka anda tidak sendiri. Di era modern ini,
sepertinya Facebook lebih berfungsi sebagai wadah curhat politik dan
penyebaran propaganda individu atau kelompok tertentu. Baik itu lewat
postingan opini pribadi atau via artikel. Masalahnya, artikel-artikel
dan tulisan yang kerap di-post seringkali tidak jelas sumbernya, tidak
dikonfirmasi kebenarannya, atau murni hoax. Hoax dan berita palsu ini
masalah di banyak negara, termasuk Indonesia, yang efeknya sampai bisa
mempengaruhi hasil pemilihan umum (liat aja tuh ribut selama Pilkada DKI
enam bulan terakhir, yang makin dikipasi teman kita di Facebook dan
Twitter).
Di Friendster, anda tidak bisa mengunggah apa-apa selain tulisan dalam
bentuk blog pribadi. Sistem ini membuat orang memperlakukan media sosial
lebih menyerupai jurnal pribadi semata, yang bisa dibaca oleh
teman-teman terdekat saja, bukan untuk khalayak umum. Paling banter
curhat soal gebetan zaman SMA atau menulis daftar album Metallica
favorit. Bebas banget dari risiko dianggap pendukung asing/aseng atau
musuh demokrasi.
Jadi, piye kabare le, masih enak jaman Friendster to?
Follow Yudhistira Agato, yang sekarang cari teman di sini.
https://www.vice.com/id_id/article/d7a4jz/friendster-adalah-sosmed-terbaik-sepanjang-sejarah
0 Komentar:
Posting Komentar